Cahaya di Gelap
Langit pagi di Lembah Elysion masih basah oleh embun ketika Pershephone muncul dari balik rerumputan. Cahaya matahari menari di rambutnya yang gelap kemerahan, memecah menjadi kilau keemasan. Tangan Pershephone bergerak lincah, memetik bunga liar satu per satu.
Dia selalu jatuh cinta pada pagi. Ada keheningan lembut yang tak dimiliki jam-jam lainnya. Di pagi seperti ini, dia merasa bebas. Tidak ada Demeter yang menajamkan mata memantau, mengontrol semua aktivitasnya. Tidak ada dewa lain yang bisik-bisik soal garis keturunan, masa depan, atau politik Olympus yang entah kenapa selalu melibatkan dirinya.
“Anda kelihatan tenang hari ini, Nona Pershe.” kata salah satu nimfa, Ekho.
“Tentu saja, tidak ada yang menggangguku hari ini.” jawab Pershephone, tersenyum.
Di bawah tanah, jauh dari kehangatan matahari, Hades duduk disinggasananya. Dunia bawah tidak pernah tidur, meski isinya hanya orang mati. Para arwah bergerak, mematuhi aturan yang tidak bisa mereka bantah.
Hades jarang naik ke permukaan, kecuali jika mendapatkan panggilan Zeus. Bukan karena apa, hanya saja dia selalu jijik pada cahaya. Dunia atas terlalu berisik, terlalu penuh kehidupan yang terasa asing baginya. Tapi beberapa minggu terakhir ada yang membuatnya tertarik akan dunia atas.
Pershephone, sang Dewi bunga.
Dia sudah memperhatikan gadis itu dari kejauhan berulang kali ketika sedang di dunia atas. Bukan karena punya urusan, tetapi setiap kali mata Hades menangkap siluetnya, seakan semua hal milik Hades terpusat padanya.
Perempuan itu membawa keceriaan yang cerah nan manis bak buah ceri merah disetiap langkahnya. Hades yang hidup di antara diam dan gelap, anehnya ingin tahu bagaimana rasanya disentuh oleh keceriaan dan cahaya itu.
“Anda masih memikirkan putrinya Demeter, Tuan?" ujar Thanatos, tangan kanan Hades yang paling setia, melayani Hades kapanpun dan dimanapun.
Hades mengangguk, "apa yang sebenarnya sudah dia lakukan padaku?"
“Hati-hati Tuan. Dia terlalu terang, ada yang bilang cahaya itu membutakan."
“Kalau begitu, aku rela buta." balas Hades yang kian berdiri dari singgasananya untuk pergi ke suatu tempat.
"Ah, aku tidak tahan lagi. Akanku bawa gadis itu kesini." Dewa kematian itu menghilang dalam hitungan detik entah kemana, menyisakan asap gelap.
Thanatos hanya bisa diam. Tidak ada gunanya juga menasihati sang penguasa dunia bawah yang mungkin sedang.... jatuh cinta?
"EH—" Thanatos menutup mulutnya, menyadari apa yang akan tuannya lakukan setelah pergi.
"MEMBAWANYA KESINI?!" Thanatos bergidik ngeri membayangkan reaksi Demeter ketika tahu putrinya berurusan dengan dunia bawah.
Permukaan tanah Lembah Elysion terguncang, retak ingin membelah diri.
Dari bawah tanah angin berhembus kencang melalui celah besar yang tiba-tiba keluar asap hitam menguap di hadapan Persephone yang tadinya bersantai. Nimfa menjerit dan berlari, bunga-bunga beterbangan terbawa angin gelap.
Pershephone terpaku. Tubuhnya menolak bergerak, karena sesuatu menarik perhatiannya.
Kereta hitam muncul dengan kilatan baja yang tampak seperti memotong atmosfer sekitarnya. Roda-roda menggilas tanah hijau. Kuda-kuda kereta meringkik keras dan dari balik gelapnya, seorang lelaki berjubah hitam muncul. Persephone tau dia bukan laki-laki biasa.
Hades menatap Pershephone seolah seluruh dunia hanya terdiri dari dirinya dan perempuan ini.
“Pagi yang indah” sapanya, suaranya tenang tapi bagi Pershephone itu menyeramkan.
"Kau siapa?" Persephone hendak mundur, tetapi tanah di belakangnya runtuh. Ia bisa jatuh kapan saja.
“Kedatanganmu membuat tanaman disini mati, kau harus bertanggung jawab!” katanya, berusaha menjaga nadanya tetap stabil.
Dan sebelum Pershephone bisa memprotes lebih lanjut, tangan Hades meraih tangannya, menarik tubuhnya kedekapannya.
"Pertanggungjawabanku akan ku laksanakan nanti, setelah kau ikut denganku, Pershe."
Menenggelamkan diri mereka berdua ke bawah tanah hingga seluruh bumi menutup di atas mereka.
Gelap memakan cahaya.
Nimfa berlarian meninggalkan Pershephone yang terpaku dan melapor pada Demeter akan apa yang sudah mereka dan putrinya alami. Demeter mengamuk, ia tahu siapa yang datang. Orang yang paling ia benci dan sekarang orang itu menculik anaknya? Hari yang sial untuk sang Ibu.
Amarahnya jelas bukan amarah yang manusiawi. Demeter merobek-robek tanah, memanggil nama anaknya, tetapi jawaban yang ia dapat hanyalah suara tanah bergemuruh.
Zeus yang menyaksikan itu dari singgasananya menghela napas panjang dengan acuh tak acuh, “Dia hanya membawa anakku,” gumamnya. “Apa sulitnya sedikit tenang?”
Hera yang sedari tadi juga menyaksikan Demeter mengamuk pun menatapnya tajam. “Yang membawa anakmu itu Hades, bodoh. Kau tau sebesar apa Demeter membenci adikmu itu. Kalau kau biarkan istrimu tak terkendali, si Dewi panen itu bisa saja menghancurkan bumi. Manusia bisa punah. Mau tidak ada yang menyembahmu?"
Zeus bergidik. “Ya sudah, aku akan bicara pada adikku. Entah apa maunya membawa Pershephone kedunia bawah.
Hera pun ikut terheran setelah perkataan Zeus. Benar. Hades sangat amat jarang datang ke dunia atas setelah dinobatkan menjadi penguasa dunia bawah. Hanya datang ketika Zeus memanggilnya. Kenapa sekarang tiba-tiba ke permukaan lagi hanya untuk mengambil Pershephone?
Dunia bawah bukan sekadar kuburan atau neraka. Sunyi tapi megah. Sungai berkilau bukan karena cahaya, tapi karena aliran airnya merupakan memori dari setiap arwah yang lewat. Dinding-dindingnya dibangun dari mineral yang tidak dikenal dunia atas, mengkilap.
Dan ditengah semuanya berdirilah istana Hades.
Pershephone dibawa ke sana, bukan dipaksa. Pershephone jalan mengikuti lelaki didepannya. Setelah tiba disini, akhirnya Pershephone mengenali siapa sosok lelaki berjubah hitam didepannya. Dewa kematian yang sangat amat dibenci ibunya.
“Tenang saja, kau aman.” kata Hades, berjalan di depannya.
Pershephone mendengus. “Kalau tujuanmu membuatku takut, selamat kau berhasil. Kalau tujuanmu membuatku aman, mohon coba lagi karena kau gagal total.”
Hades berhenti, berbalik menghadap kearah gadis berkulit pucat dihadapannya. “Bisa ajari cara membuat tamuku aman dan nyaman? Aku tidak pernah punya tamu.”
“Wajar saja, disini suram. Bahkan cahaya saja enggan masuk kesini, apalagi tamu. Kau tidak punya apa pun selain arwah dan istana gelap yang megah.”
“Tapi sekarang aku punya kau.”
Persephone hendak memaki, tetapi entah kenapa pipinya malah panas.
Mereka melanjutkan perjalanan menuju istana. Hening, tapi hanya sebentar sebelum Pershephone kembali bersuara.
"Jadi aku harus berperilaku seperti tamu atau korban penculikan disini?" Celetuknya berhasil membuat sang Dewa kematian terkekeh.
Hari pertama dan kedua terasa seperti hukuman bagi Pershephone. Tidak ada matahari. Tidak ada angin. Tidak ada bunga. Hanya gelap, arwah, dan suram. Sebagai anak yang tumbuh di dunia dengan cahaya hangatnya Helios, perbukitan hijau, bunga cantik yang mekar dengan subur, Pershephone tidak terbiasa dengan tempat mengerikan ini. Semua penjaga disini sibuk menerima arwah baru, ia yakin mereka tidak pernah istirahat. Setiap detik, pasti ada kematian.
Ia ingin pulang, berharap sang ibu mencarinya.
Di hari kedua ini, Pershephone duduk di tebing sungai Archeon, sungai tempat semua arwah baru diantarkan ketempat seharusnya. Melihat arwah-arwah yang lewat dengan kenangan semasa hidup yang mengekor, Pershephone jadi tau betapa beragamnya cerita hidup manusia. Menyenangkan, menyedihkan, menyeramkan, memprihatinkan.
“Makan, sudah dua hari perutmu kosong." kata Hades tiba-tiba datang dari belakang membuyarkan lamunan Pershephone. Sang Dewa membawa buah delima yang dipotong rapi, disusun diatas piring perak.
“Aku tidak lapar.”
“Nanti kau mati.”
“Aku dewi. Aku tidak bisa mati.”
“Tapi kau bisa menderita."
“Sudah menderita."
Hades terdiam.
"Pulangkan aku, Hades."
Hades masih terdiam.
"Kenapa aku dibawa kesini?"
Hades masih tetap diam.
Pershephone ikut diam setelah tidak mendapatkan jawaban.
Hades meletakkan delima itu disamping sang Dewi tanpa memaksanya lagi. Pershephone menghindari menatapnya, pandangan matanya berkali-kali melirik buah merah itu dengan kesal. Warnanya terlalu cerah di tempat segelap ini.
Hening sudah menyelimuti dua insan yang sedang duduk diatas tebing, melihat arwah-arwah baru berdatangan.
Keheningan pecah ketika Persephone mulai bertanya. Bukan karena tertarik, tetapi karena bosan. Dunia bawah ternyata terlalu luas untuk tidak dijelajahi. Tapi ia tidak dikekang seperti di dunia atas, karena itu ia bisa agak nyaman disini. Hades, meski menyebalkan, tidak pernah melarangnya. sebaliknya, dia membebaskan tetapi tetap menjaga dari jauh.
“Berapa lama arwah berada di sini?” tanya Persephone saat melihat barisan jiwa melewati Sungai Acheron.
“Selamanya.”
“Tidak membosankan?”
“Mereka tidak memiliki kesadaran yang sama seperti saat masih hidup.”
“Lalu kau?”
"Aku?" Hades menatapnya bingung.
Pershephone mengangguk, "Iya, kau tidak bosan? gelap, sunyi, suram."
“Sudah terbiasa. Tapi kadang ini juga terasa seperti hukuman.”
Kata terakhir itu membuat Persephone terpaku. Ternyata Hades itu kesepian. Benar juga, mengingat menjadi penguasa dunia bawah bukan keinginannya sendiri.
Setelah penggulingan ayahnya, Kronos, dia mendapatkan undian untuk menjaga dunia bawah. Zeus mendapatkan langit, Poseidon mendapatkan lautan. Hades iri dengan mereka tapi dia berusaha berdamai. Toh pada akhirnya semua jiwa akan menjadi bawahannya di akhir hayat. Bisa bayangkan sebanyak apa bawahannya dengan kematian yang selalu datang setiap detik.
Mereka lanjut saling bertukar cerita panjang lebar hingga lupa waktu. Pershephone bahkan lupa bahwa dia sedang tidak di dunia atas dan lelaki yang diajak bercerita adalah Hades, dewa Kematian yang dibenci ibunya.
Hari kelima Pershephone di dunia bawah. Zeus akhirnya mengirimkan surat ke dunia bawah. Ditujukan untuk Hades dengan perintah untuk mengembalikan Persephone.
“Aku menerima surat dari Zeus. Dia menyuruhku mengembalikanmu. Kau harus kembali,” kata Hades, suaranya pelan. Ada perasaan yang tidak ikhlas diperkataannya.
“Demeter menghancurkan bumi, aku akan mengantarmu pulang hari ini."
“Sekarang aku sudah nyaman, kau suruh pergi?” Pershephone mendekatinya dengan kesal, hingga jarak mereka hanya terhitung beberapa jengkal.
“Bukan begitu, Pershe.” Hades menunduk. “Ibumu marah, kau tau dia membenciku. Aku menculikmu, ku lakukan karena tidak tahu bagaimana cara mendekatimu dan itu jelas salah."
“Kau bisa mulai dengan menyapa,” gumam Persephone.
“Jika saja aku tahu caranya.”
Mereka berdua diam. Membeku.
Persephone kemudian menatap delima diatas meja perak yang terletak disamping Hades. Biji-biji merahnya selalu menarik perhatian Pershephone. Dia pernah mendengar hukum dunia bawah tentang delima.
Menelan satu buah delima dunia bawah artinya menyerahkan diri ke bawah sini.
“Apa yang terjadi kalau aku makan ini?” tanyanya memastikan.
Hades terdiam lama. “Seakan kau tidak tahu."
“Aku akan terjebak disini, kan?”
“Ya.”
"Pantas kau tidak pernah menawariku buah yang lain."
Persephone memutar buah itu di tangannya. “Dan kalau aku tidak memakannya?”
Hades menutup mata. “Berarti kau hanya tamu disini."
Keheningan turun.
Persephone mengambil satu biji delima.
Lalu dua.
Lalu tiga.
Hades mengangkat wajahnya, kaget.
“Kau...”
“Sudahku bilang aku nyaman disini." kata Persephone. "Aku tidak mau hanya jadi tamu."
“Kau sadar yang sudah kau lakukan?”
Pershephone mengangguk mantap. ”Jika nanti ibuku marah, lindungi aku ya."
Hades tersenyum, bukan lewat hanya bibir tapi juga lewat hati.
Persephone mengambil lagi satu biji.
“Jangan terlalu banyak,” kata Hades cepat-cepat mengambil sisaan buah delima dari tangan Pershephone.
“Kenapa?”
“Nanti kau terikat permanen. Dunia atas masih membutuhmu.”
Persephone tersenyum. “Kau juga membutuhku.”
“Aku... tidak menyangkal.”
Persephone memasukkan biji terakhir. “Aku makan setengah, berarti setengah diriku ada disini."
Dengah begitu, menjadi awal dari perubahan aturan alam.
Persephone muncul ke permukaan dunia atas lagi, Demeter berlari menghampiri, membungkus putrinya yang sudah lima hari menghilang. Tangisnya jatuh menjadi hujan, dan dari hujan itu, bumi bangkit lagi. Bunga-bunga mekar, ladang hijau kembali menyegarkan mata.
Dikejauhan, Hades berdiri. Melihat gadis itu kembali ke ibunya, walau ia harus menunggu gilirannya 6 bulan lagi untuk bisa menghabiskan waktu dengannya di bawah.
Tapi tak apa, dunia bawah akan selalu menunggu kedatangannya lagi.
Dan sejak saat itu, musim di Bumi berubah. Ketika musim semi dan musim panas datang menandakan bahwa Demeter bahagia putrinya kembali dan ketika Pershephone kembali ke Hades, musim gugur dan musim dingin tiba menandakan kesedihan Demeter akan kepergian putrinya.