Misi Senyap
Babak I: Jejak di Balik Abu
Langit Jakarta diwarnai rona jingga prematur saat fajar. Deyoo, atau "Serigala," terbaring di atas meja bedah di markas tersembunyi Divisi Operasi Khusus (D-OKS), sebuah bunker yang terletak enam puluh meter di bawah tanah kota. Luka bakar dari tembakan laser Viper di bahunya terasa menyengat, namun rasa sakit itu lebih merupakan pengingat yang menyambut daripada siksaan.
"Berhentilah menyeringai, Serigala. Ini bukan medali," tegur Dr. Karsa, dokter bedah D-OKS, sambil menjahit lapisan kulit Deyoo dengan benang bioteknologi.
"Hanya... kepuasan, Dokter. Falconās Eye aman. Misi utama berhasil," jawab Deyoo, matanya terpejam.
"Ya, tetapi harga kegagalan sekunder adalah kebebasan Viper. Dia tahu wajahmu sekarang," kata Dr. Karsa, intonasinya mencerminkan kekhawatiran. "Identitas visualmu di lapangan telah terkompromi."
Deyoo membuka mata. "Dia sudah lama tahu siapa aku. Di Singapura, aku menghancurkan operasinya. Dia hanya perlu konfirmasi. Aku berhasil menendangnya sebelum dia bisa melihat wajahku sepenuhnya, tapi dia tahu gayaku bertarung."
Setelah perawatan selesai, Deyoo menuju Ruang Komando Operasi, tempat Elang menunggunya. Ruangan itu gelap, hanya diterangi oleh puluhan monitor yang menampilkan peta digital jaringan Orion. Elang, seorang ahli intelijen dan peretasan dengan keahlian siber kelas dunia, tampak tegang.
"Serigala. Selamat datang kembali," sapa Elang, wajahnya terpantul di layar.
"Apa yang kita dapat dari Falconās Eye?" tanya Deyoo, langsung ke inti.
"Itu adalah jebakan, tapi jebakan yang berharga. Kode-kode nuklir itu asli, namun mereka telah dinonaktifkan secara otomatis begitu kami menghubungkannya ke sistem kami. Orion tidak pernah benar-benar ingin menggunakannya; mereka menggunakannya untuk memancing D-OKS keluar dari persembunyian," jelas Elang. "Mereka mencari sesuatu yang lain."
Elang menampilkan sebuah diagram kompleks di layar utama. "Di dalam data Falconās Eye, ada signature frekuensi yang tidak biasa. Itu adalah resonansi bio-digital. Kami melacaknya. Itu bukan kode, Serigala. Itu adalah kunci."
"Kunci untuk apa?"
"Kunci untuk membuka Proyek Chimera," Elang menarik napas dalam-dalam. "Intelijen kami percaya Chimera adalah puncak keahlian Orionāsebuah senjata bio-siber yang dirancang untuk melumpuhkan sistem pertahanan siber negara manapun tanpa meninggalkan jejak. Jika Falconās Eye adalah pancing, maka Chimera adalah jaringnya."
"Dan Viper adalah pemegang kuncinya," simpul Deyoo.
"Tepat. Dia tidak mengejar flash drive. Dia mengejar waktu. Dengan Falconās Eye ada di tangan kita, dia yakin kita akan membuang waktu untuk menganalisisnya, memberinya celah untuk mengaktifkan Chimera."
Babak II: Berlin, Kota di Persimpangan
Melacak Viper adalah tugas yang rumit. Viper menggunakan lapisan proxy digital dan jaringan seluler pribadi yang tidak dapat ditembus. Namun, Elang menemukan sebuah benang merah: transaksi kecil, pembelian tiket penerbangan komersial ke Berlin, menggunakan identitas seorang pensiunan perwira Angkatan Darat Swiss.
"Berlin. Itu adalah pusat operasi Orion di Eropa. Tempat yang sempurna untuk mengaktifkan Chimera, mengingat kedekatannya dengan jaringan data NATO," kata Deyoo, berdiri di hadapan peta.
"Aku sudah menyiapkan segalanya. Kamu akan menyamar sebagai konsultan keamanan yang menghadiri sebuah konvensi energi. Nama barumu: Leon Weiss," kata Elang, menyerahkan sebuah ID chip yang diprogram dengan detail identitas baru.
"Aku akan bergerak sendiri. Ini terlalu sensitif untuk tim penuh," ujar Deyoo.
"Tidak, Serigala. Kali ini, kau butuh dukungan langsung. Aku tidak bisa mengambil risiko kehilanganmu lagi. Aku mengirim Panther," Elang menunjuk ke sebuah foto seorang wanita yang tampak tenang namun berotot. Panther adalah ahli penyamaran dan sabotase D-OKS, spesialis dalam infiltrasi jarak dekat.
Deyoo mengangguk. Panther adalah aset yang tak ternilai, meskipun ia lebih suka bekerja solo.
Dua puluh empat jam kemudian, Deyoo (sebagai Leon Weiss) mendarat di Bandara Internasional Berlin Brandenburg. Udara Jerman yang dingin terasa kontras dengan kelembaban Jakarta.
Di sebuah kafe kecil di kawasan Kreuzberg, Deyoo bertemu Panther yang menyamar sebagai seorang jurnalis lepas.
"Serigala. Bahumu?" tanya Panther tanpa basa-basi.
"Sudah di-upgrade," balas Deyoo, menyesap kopi. "Di mana Viper?"
"Dia berada di sebuah bunker era Perang Dingin di bawah Kompleks Museum. Tempat itu adalah titik temu kabel serat optik tertua di Berlin, ideal untuk meluncurkan serangan siber off-the-grid," jelas Panther, menyerahkan Deyoo sebuah peta digital 3D.
"Chimera akan diluncurkan dari sana. Kita harus masuk sebelum pukul 02:00 pagi. Waktu aktivasi adalah 03:00. Kita punya empat jam," Deyoo menghitung.
Babak III: Di Bawah Museum
Infiltrasi di Berlin jauh lebih sulit daripada di Jakarta. Bunker itu dilindungi oleh jaringan sensor tekanan dan sensor kimiawi. Deyoo dan Panther bergerak melalui gorong-gorong limbah yang gelap dan dingin, mengikuti peta utilitas tua yang diretas Elang.
"Aku mendeteksi anomali panas di depan. Ada dua penjaga di persimpangan drainase utama," bisik Panther.
"Kita tidak boleh menggunakan senjata. Bunker ini di bawah Museum Nasional; kebisingan akan menarik perhatian polisi federal," Deyoo mengingatkan.
Mereka mencapai persimpangan. Dua pria bertubuh besar dari Rusia berjaga. Deyoo mengeluarkan dua bola kecil yang memancarkan aroma manis. Itu adalah feromon sintetis.
"Bola feromon akan membuatnya mengantuk. Tapi efeknya hanya enam puluh detik," kata Deyoo.
Deyoo dan Panther bergerak simetris. Saat penjaga pertama menguap dan matanya mulai berkaca-kaca, Deyoo menekan titik akupuntur di belakang telinga, menyebabkannya pingsan. Panther melakukan hal yang sama pada penjaga kedua, menggunakan kunci ketiak yang cepat dan efektif.
Mereka akhirnya mencapai pintu masuk bunker. Sebuah pintu besi tebal dengan logo Orion yang dicat samar-samar.
"Sistem kunci ganda. Kunci digital dan kunci mekanis. Kau urus yang digital, aku urus yang mekanis," kata Panther.
Deyoo menempelkan perangkat peretasannya. "Lima belas detik. Mereka menggunakan sistem enkripsi 'Cahaya Bulan' yang baru."
Sementara Deyoo sibuk dengan kode, Panther mengeluarkan seutas kawat tungsten tipis. Ia memasukkannya ke lubang kunci kuno, merasakan dan memanipulasi pin di dalamnya dengan presisi luar biasa.
Klik-klak-kluk.
Tepat ketika Deyoo berhasil membongkar enkripsi digital, kunci mekanis terbuka. Pintu besi itu berderit terbuka, menampakkan tangga spiral yang curam.
Babak IV: Konfrontasi Resonansi
Bunker itu luas, dengan langit-langit rendah yang dilapisi pipa-pipa berkarat. Di tengah ruangan utama, Viper berdiri di depan panel kontrol besar yang memancarkan cahaya biru dingin. Di sampingnya, seorang pria tua kurus, Dr. Voss, seorang ahli siber yang dicari Interpol, sedang memasukkan data.
"Serigala. Tepat waktu, seperti yang aku perkirakan," sapa Viper, tanpa menoleh. "Aku tahu kau akan datang, aku hanya tidak yakin apakah kau akan membawa teman."
Panther mendengus. "Dia sudah tahu kita di sini."
"Dia memasang sensor resonansi ultrasonik di bunker ini. Dia mendengarkan suara detak jantung kita," bisik Deyoo.
"Sayangnya, kau terlambat," lanjut Viper. "Dr. Voss baru saja memasukkan kunci dari Falconās Eye."
Dr. Voss menoleh, tersenyum sinis. "Chimera sekarang aktif. Dalam lima belas menit, setiap sistem pertahanan siber di benua ini akan menjadi abu. Selamat datang di era baru ketidakpastian."
Deyoo mengeluarkan pistol setrum non-mematikan. Viper sudah siaga, mengeluarkan katana tipis dari balik mantelnya.
"Kita tidak punya waktu. Panther, urus Voss. Aku urus Viper!" perintah Deyoo.
Pertarungan dimulai. Viper menyerang Deyoo dengan katana, gerakannya secepat angin. Kali ini, dia tidak bermain-main. Tujuannya adalah melumpuhkan.
Deyoo menghindari tebasan pertama dan kedua, menggunakan sarung tangan taktisnya untuk menangkis. Klang! Dentuman logam bergema di bunker. Deyoo membalas dengan pukulan keras ke tulang kering Viper, namun Viper melompat mundur, memutar katana, menciptakan badai baja yang memaksanya bertahan.
Sementara itu, Panther berhadapan dengan Dr. Voss yang mencoba melarikan diri. Voss, meski tua, gesit. Panther melompat, mendarat di bahu Voss, dan menggunakan kakinya untuk memutus jalur saraf di leher Voss. Voss jatuh pingsan, kepalanya membentur panel kontrol.
Di sisi lain, Deyoo menemukan kelemahan Viper. Dia terlalu mengandalkan kecepatan dan kekuatan, mengabaikan pertahanan. Saat Viper melancarkan tebasan horizontal yang lebar, Deyoo menjatuhkan diri, mengarahkan kakinya ke pangkal perut Viper.
Bugh!
Viper terlempar ke dinding berkarat. Katananya terlepas.
Deyoo berdiri, bahunya terasa nyeri hebat, namun ia mengabaikannya. Ia berlari ke panel kontrol.
"Elang! Aku di sistem Chimera. Aku butuh kill-code! Sekarang!" teriak Deyoo ke earpiece-nya.
"Terlalu terlambat, Serigala! Sistemnya sudah terenkripsi, aku tidak bisa menembus dari jarak ini! Kau harus menggunakan metode resonansi terbalik!" suara panik Elang.
Viper sudah bangkit, meraih sebuah granat fragmentasi kecil.
"Jika aku tidak bisa memilikinya, tidak ada yang bisa!" teriak Viper, melemparkan granat itu ke panel kontrol.
Deyoo hanya punya tiga detik. Panel itu terlalu jauh untuk dijangkau tanpa berhadapan dengan ledakan. Dia melihat katana Viper di lantai.
Dengan gerakan cepat yang didorong oleh adrenalin, Deyoo meraih katana itu, melemparkannya seperti tombak tepat ke tengah panel kontrol.
Katana itu menancap di sirkuit utama. Korslet! Panel itu meledak dengan percikan api dan asap tebal.
Pada saat yang sama, Deyoo melompat ke belakang Dr. Voss yang pingsan, menggunakan tubuhnya sebagai perisai dari ledakan granat yang kini meletus.
DUAARR! Guncangan ledakan menghantam bunker.
Asap memenuhi ruangan. Deyoo terbatuk, darah mengalir dari luka bahunya yang kembali terbuka.
"Chimera... lumpuh," kata Deyoo, mencoba berdiri.
Panther, yang selamat di balik pilar penyangga, mendekati Viper yang terbaring tak bergerak, terkena serpihan ledakan. Viper masih hidup, tetapi terluka parah.
"Amankan Viper dan Voss. Kita keluar dari sini," perintah Deyoo.
Saat mereka menyeret kedua penjahat itu menuju tangga spiral, Elang kembali bersuara di earpiece Deyoo.
"Serigala! Kau berhasil! Analisis sensor menunjukkan Proyek Chimera gagal total. Kau menyelamatkan dunia digital. Tapi... bagaimana kau melakukannya?"
Deyoo melihat ke belakang, ke arah panel yang hancur. "Aku tidak punya kill-code, Elang. Tapi aku tahu kuncinya adalah resonansi. Aku hanya perlu memberikan resonansi balik. Logam konduktif yang menghantam inti sirkuit di saat yang tepat. Itu sudah cukup."
Di luar bunker, di bawah sinaran bulan Berlin, Deyoo menyerahkan Viper dan Voss ke regu penjemput D-OKS. Misi selesai. Dunia aman untuk saat ini.
Deyoo dan Panther kembali ke markas, kelelahan namun puas. Deyoo tahu, ancaman Orion akan terus ada, dan akan ada lebih banyak malam yang sunyi dan misi berbahaya. Tetapi selama dia, Serigala, dan rekan-rekannya masih bernapas, bayangan itu akan selalu menemukan cahayanya. Dia adalah garda terdepan, batas tipis antara kekacauan dan kedamaian, agen rahasia yang bergerak dalam senyap.